Rere Dan Puasa Ramadhannya.

Percakapan sambil membujuk dia bangun sahur.
“Dek, ayo bangun sahur, sahurnya tinggal hari ini doang!”
Tak ada jawaban cuma mulet.
“Dek, ayo.. puasa tinggal sehari, besok udah nggak usah sahur, kita sholat ied”
Belum melek tapi sudah duduk, kemudian aku bantu bangun ke meja makan.
Sambil berusaha melek dia tanya,
“Beneran ma, sahur tinggal sekali doang?”
Mungkin dia girang karena ini terakhir dia di bangunkan pagi-pagi buta tiap hari.
“Iya..” jawabku singkat sambil menyiapkan makanan dia dan si kakak.

Dia, yang tahun lalu masih TK A, ikut puasa tapi tiap jam 10 siang sudah merengek lapar dan haus, pada akhirnya jam itu juga langsung makan.

Dia, yang tahun ini sudah berumur 7 tahun lebih 4 bulan.
Alhamdulillah konsisten puasa sampai setengah hari. Setelah makan siang lalu lanjut puasa lagi sampai magrib.
Tiap jam 3 pagi aku bangunkan sahur, di awal-awal Ramadhan makan sendiri tapi cuma habis sedikit, mungkin karena masih malas dan mengantuk, kemudian aku suapi hingga sahur terakhir Ramadhan tahun ini akhirnya habis banyak.

Foto ini aku ambil sesaat seusai makan sahur, ketika aku sibuk membereskan makanan, dia sudah kembali ke kamar dan menyalakan kipas, pakai selimut dan guling buluk kesukaannya dan melanjutkan tidurnya.

Dia, yang sekarang masih ku panggil adek, 2 bulan lagi akan berganti menjadi kakak.

Dia, Rere ku
Sedikit cerewet seperti anak kecil pada umumnya, tak banyak menuntut, tapi Alhamdulillah dia gampang pengertian.
Maafkan mama mu ini, yang kadang belum bisa memahami apa ingin mu.
Rere ku, terima kasih..

Lamongan, 30 Ramadhan.
Di kamar sambil menatap Rere tidur.

Tinggalkan komentar